Thursday, June 15, 2006

Adat-istiadat Perhitungan Hari

Assalamu ‘Alaikum Wr.Wb.

Pak Muzamil, saya sedikit bertanya tapi mungkin jawabannya yang agak panjang,

1. Dalam adat istiadat Jawa perhitungan hari adalah sangat penting dan “sakral”, sebagai misal : menentukan hari yang baik dalam malakukan pindah rumah atau mungkin menghitung hari untuk acara suatu pernikahan. Kalau saya sendiri hal itu tidak percaya, tapi menjelaskan orang yang sudah lekat dengan adat kebiasaan sangat sulit. Pertanyaan : ada nggak dalil atau dasar yang mengatakan demikian, maksud saya semua hari bagus.

2. Dalam perjalanan tapi bukan sebagai mussafir, pakaian yang saya pakai diragukan kesuciannya, apakah saya masih bisa mengerjakan sholat wajib sedangkan sudah berusaha untuk berhenti sebentar ke musholla atau masjid, namun tidak ada sarung sebagai pengganti pakaian yang najis.

Pertanyaan : Apakan akan tetap mengerjakan atau pelaksanaannya ditunda sampai tiba dirumah, namun konsekuensinya takut kalau waktu sudah kelewat. Bagaimana jalan keluar yang baik.


Pak Eddy,
Sebelum menjelaskan bagaimana hukumnya tentang apa yang ditanyakan pak Edy, mari perhatikan, bahwa Allah menciptakan 12 bulan dalam setahun dan Allah memilih bulan Romadhan adalah bulan yang terbaik dari semua bulan, Allah memilih Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha sebagai hari terbaik dalam setahun, dan Allah memilih hari Jum’at sebagai hari terbaik dari semua hari dalam seminggu, Allah memilih malam lailatul Qadar sebagai malam terbaik dari seluruh malam yang malam itu lebih baik dari seribu bulan. Disamping itu Allah SWT memilih Masjidil Haram sebagai masjid terbaik dari seluruh masjid, Allah memilih Nabi Muhammad SAW sebagai Nabi terbaik dan terbaik dari seluruh makhluk-Nya. Allah SWT juga memilih bulan haram yang diharamkan untuk berperang yaitu Zulkaidah, Zulhijah, Muharam dan Rajab.

Itu terserah Allah meciptakan sesuatu dan Dia Allah SWT yang memilihnya terhadap ciptaan-Nya seperti dalam Firman-Nya:

Dan Tuhanmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilihnya. Sekali-kali tidak ada pilihan bagi mereka. {1} Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan (dengan Dia). (QS.Al Qashah /28:68)

{1}Bila Allah telah menentukan sesuatu, maka manusia tidak dapat memilih yang lain lagi dan harus menaati dan menerima apa yang telah ditetapkan Allah.

Selanjutnya sekarang kembali kepertanyaannya: tentang pindah rumah dan hari pernikahan, yang mana dianggap perhitungan hari yang dianggap sangat sakral hal yg demikian tidak dikenal dalam Islam, bahkan itu sudah menyerempet area yang sangat dilarang dan telah dekat ke musyrikan, karena telah menganggap kalau melakukan bukan dihari tertentu jadi “sial” / “malang” dan mengurangi rasa tawakkal kepada Allah SWT. Bahkan ada yang menganggap misalnya dilarang melakukan sesuatu pada ahari Rabu atau hari tertentu dalam istilah Tauhid dalam kitab Tauhid “Fathul Majid” disebut dengan “Tathayyur” Demikian juga kalau yang beranggapan dengan angka sial misalnya angka 13 atau angka berapa saja yang menyebabkan kesialan / kemalangan / kurang beruntung, itu sudah masuk ke “Tathayyur” Tentang “Tathayyur” ini dalam Al Qur’an disebutkan di surat Al A’raf:131


فَإِذَا جَآءَتْهُمُ الْحَسَنَةُ قَالُوا۴ لَنَا هَـٰذِهِۦۖ وَإِن تُصِبْهُمْ سَيِّئَةٌ يَطَّيَّرُوا۴ بِمُوسَىٰ وَمَن مَّعَهُۥۤۗ أَڌ إِنَّمَا طَـٰٓﯩـِٕرُهُمْ عِندَ اللَّهِ وَلَـٰكِنَّ أَكْثَرَهُمْ ڈ يَعْلَمُونَ

“Ketahuilah, sesungguhnya kesialan mereka itu adalah ketetapan dari Allah, akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui” (Al A’raf:131)

Para Mufassir dalam kitab2 tafsir ketika menjelaskan ayat diatas banyak mencantumkan hadis2 tentang Syriknya Thatahyyur, demikian juga dalam sayarah kitab tauhid “Fathul majid” mencantumkan bab tersendiri tetang bab “Tathayyur”

Rasulullah SAW bersabda:

(8175)ــ قالَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم: «إِنَّمَا الطيَرَةُ مَا أَمْضَاكَ أَوْ رَدَّكَ » (حم) عن الْفضل بن عبَّاسٍ رضيَ اللَّهُ عنهُ. جامع المسانيد والمراسيل


Rasulullah SAW bersabda” Tathayyur hanyalah apa yang menjadikanmu mengurungkan niatmu” (HR. Ahmad)


(7025) ــ حدّثنا عبد الله ، حدَّثني أبي ، ثنا حسن ، ثنا ابن لهيعة ، أنا ابن هبيرة ، عن أبي عبد الرحمن الحبلي ، عن عبد الله بن عمرو قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: «من ردته الطيرة من حاجة فقد أشرك، قالوا: يا رسول الله، ما كفارة ذلك؟ قال: أن يقول أحدهم، اللهم لا خير إلا خيرك، ولا طير إلا طيرك، ولا إله غيرك».مسند الإمام أحمد

”Barangsiapa yang mengurungkan hajatnya karena tathayyur, maka ia telah berbuat kemusyrikan. Mereka berkata, hendaknya orang itu berkata: Ya Allah tidak ada kebaikan kecuali kebaikan-Mu, tidak ada kesialan kecuali kesilan dari Engkau, dan Tidak ada Tuhan selain Engkau ”(HR. Ahmad)

Imam Ibnu Katsir katsir ketika menfasirkan Surat 12 ayat 106, mencamtumkan hadis tentang Syriknya Tathayyur sbb:

{س12ش106 وَمَا يُؤْمِنُ أَكْثَرُهُم بِاللَّهِ إِڑ وَهُم مُّشْرِكُونَ } وفي الحديث «من حلف بغير الله فقد أشرك» رواه الترمذي وحسنه من رواية ابن عمر، وفي الحديث الذي رواه أحمد وأبو داود وغيره عن ابن سعود رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: «إن الرقى والتمائم والتولة شرك»، وفي لفظ لهما «الطيرة شرك وما منا إلا ولكن الله يذهبه بالتوكل» ورواه الإمام أحمد تفسير ابن كثير

Dan sebahagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan mempersekutukan Allah (dengan sembahan-sembahan lain) (QS. Yusuf/12:106)

Rasulullah SAW bersabda: “Tathayyur adalah syirik, akan tetapi Allah menghilangkannya dengan tawakkal”).

(4192) ــ حدثنا عبد الله حدَّثني أبي ثنا عبد الرحمن عن سفيان ، عن سلمة ، عن عيسى بن عاصم ، عن زر بن حبيش ، عن عبد الله قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : « الطيرة شرك ، الطيرة شرك ، ولكن الله عز وجل يُذهبه بالتوكل » . مسند الإمام أحمد

Rasulullah SAW bersabda: “Tathayyur adalah syirik Tathayyur adalah syirik, akan tetapi Allah menghilangkannya dengan tawakkal” (HR Ahmad, Abu Daud

(6014) ــــ أخبرنا الفضلُ بنُ الحُباب ، قال: حَدَّثنا محمدُ بنُ كثير العبديُّ ، قال: أخبرنا سفيانُ الثوري ، عن سَلَمَة بنِ كُهيلٍ ، عن عيسى بنِ عاصم الأسديِّ ، عن زِرِّ بنِ حُبَيْشٍ عن ابنِ مسعودٍ ، قال: قَالَ رسولُ الله : «الطِّيَرَةُ شِرْكٌ، ومَا مِنَّا إلا ، ولٰكِنْ يُذْهِبُه اللَّهُ بالتَّوَكُّلِ». (3:51) صحيح ابن حبان

1(4584) ــــ (9) وعن عبد الله بن مسعود ، عن رسول الله صلى الله عليه وسلّم قال: «الطيرةُ شرك» قاله ثلاثاً، وما منا إِلا؛ ولكن اللَّهُ يذهِبَهُ بالتوكُّل» . رواه أبو داود، والترمذي، وقال: سمعت محمَّد بن إِسماعيل يقول: كان سليمان بن حرب يقول في هذا الحديث: «وما منا إِلا، ولكنَّ الله يذهبه بالتوكُّل»: هذا عندي قول ابن مسعود. مشكاة المصابيح


(4684) ـ عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَن رَسُولَ اللَّهِ قالَ: «الطِّيَرَةُ شِرْكٌ، الطِّيَرَةُ شِرْكٌ، الطِّيَرَةُ شِرْكٌ، وَمَا مِنَّا إلاَّ وَلَكِنَّ اللَّه يُذْهِبُهُ بِالتَّوَكلِ». رواه أبو داود، واللفظ له والترمذي وابن حبان في صحيحه، وقال الترمذي: حديث حسن صحيح الترغيب والترهيب

Rasulullah SAW bersabda: “Tathayyur adalah syirik 3x, akan tetapi Allah menghilangkannya dengan tawakkal” (HR. Abu Dawud, , shoheh Ibnu Hibban, Lafdnya Tirmidzi dan menshohehkannya, dalam kitab Tarqib wat tarhib)

(5625) ــ حدّثنا محمدُ بن الحَكم حدثنا النَّضرُ أخبرَنا إسرائيلُ اخبرَنا أبو حَصِين عن أبي صالح عن أبي هريرةَ رضي الله عنه عن «النبي صلى الله عليه وسلم قال: لا عدوَى ولا طيرَةَ ولا هامة ولا صَفَر». صحيح البخاري


Rasulullah SAW bersabda ”Tidak ada ’adwa, tidak ada tathayyur, tidak ada hamah dan tidak ada shafar” (HR. Bukhari, Muslim)

Dalam kitab Tauhid Fathul Majid, dari riwayat Abu Dawud bahwa “Sesunguhnya Orang2 jahiliyah menganggap bulan Shafar sebagai bulan sial, maka Nabi SAW menyangkalnya”.Menganggap sial bualan Shafar adalah termasuk jenis tathayyur yang dilarang, begitu pula menganggap sial suatu hari seperti hari Rabu, dan anggapan orang-orang jahiliyah terhadap bulan Syawal sebagai bulan sial secara khusus dalan nikah.

(7025) ــ حدّثنا عبد الله ، حدَّثني أبي ، ثنا حسن ، ثنا ابن لهيعة ، أنا ابن هبيرة ، عن أبي عبد الرحمن الحبلي ، عن عبد الله بن عمرو قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: «من ردته الطيرة من حاجة فقد أشرك، قالوا: يا رسول الله، ما كفارة ذلك؟ قال: أن يقول أحدهم، اللهم لا خير إلا خيرك، ولا طير إلا طيرك، ولا إله غيرك».مسند الإمام أحمد

Barangsiapa yang mengurungkan hajatnya karena tathayyur, maka ia telah berbuat kemusyrikan. Mereka berkata, hendaknya orang itu berkata: Ya Allah tidak ada kebaikan kecuali kebaikan-Mu, tidak ada kesialan kecuali kesilan dari Engkau, dan Tidak ada Tuhan selain Engkau (HR. Ahmad)

8412 ـ عن عبد الله بن عمرو قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلّم : «مَنْ رَدَّتْهُ الطِّيَرَةُ مِنْ حَاجَةٍ فَقَدْ أَشْرَكَ» قالوا: يا رسول الله، فما كفارة ذلك؟ قال: «يَقُوْلُ أَحَدُهُمْ اللَّهُمَّ لاَ خَيْرَ إِلاَّ خَيْرُكَ، ولا طَيْرَ إلا طَيْرُكَ، ولا إله غَيْرُكَ».

رواه أحمد والطبراني، وفيه: ابن لهيعة، وحديثه حسن، وفيه ضعف، وبقية رجاله ثقات مجمع الزوائد

Barangsiapa yang mengurungkan hajatnya karena tathayyur, maka ia telah berbuat kemusyrikan. Mereka berkata, hendaknya orang itu berkata: Ya Allah tidak ada kebaikan kecuali kebaikan-Mu, tidak ada kesialan kecuali kesilan dari Engkau, dan Tidak ada Tuhan selain Engkau (HR. Ahmad)

8415 ـ عن رُويفع بن ثابت قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلّم : «مَنْ رَدَّتْهُ الطِّيَرَةُ عَنْ شَيءٌ فَقَدْ قَارَفَ الشِّرْكَ».

رواه البزار، وفيه: سعيد بن أسد بن موسى، روى عنه أبو زرعة الرزاي، ولم يضعفه أحد، وشيخ البزار إبراهيم غير منسوب، وبقية رجاله ثقات. مجمع الزوائد

(20662)ــ قَالَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم: «مَنْ رَدَّتْهُ الطيَرَةُ عَنْ حَاجَتِهِ فَقَدْ أَشْرَكَ» (حم طب) عن ابن عمروٍ رضَي اللَّهُ عنهُ. جامع المسانيد والمراسيل


عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمن الْحُبُلِيِّ ، عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو . قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم :

"مَنْ رَدَّتْهُ الطِّيَرَةُ مِنْ حَاجَةٍ ، فَقَدْ أَشْرَكَ. قَالُوا: يَا رَسُولَ اللهِ، مَا كَفَّارَةُ ذَلِكَ؟ قَالَ: أَنْ يَقُولَ أَحَدُهُمْ: اللَّهُمَّ لاَ خَيْرَ إِلاَّ خَيْرُكَ، وَلاَ طَيْرَ إِلاَّ طَيْرُكَ، وَلاَ إِلَهَ غَيْرُكَ". أخرجه أحمد 2/220(7045) قال: حدثنا حسن، حدثنا ابن لَهيعة، أخبرنا ابن هُبيرة، عن أبي عبد الرحمان الحبُلي، فذكره.

“Barangsiapa yang mengurungkan hajatnya karena tathayyur, maka ia benar-benar telah berbuat kemusyrikan. Mereka berkata, lalu apa yang bisa menghapus itu? Ia berkata, ”Hendaklah orang itu berkata: Ya Allah , tidak ada kebaikan kecuali kebaikan-Mu, tidak ada kesialan kecuali kesialan dari Engkau, dan tidak tuhan selain Engkau.” (HR. Ahmad, Thobrani)

Hal demikian karena tathayyur adalah berfirasat buruk berdasarkan sesuatu yang terlihat atau terdengar. Jika ada sesuatu membatalkan hajat yang telah diniatkannya seperti bepergian dan sejenisnya, maka apa yang dikehendaki dan di usahakannya bersarkan apa yang dilihat dan didengar sebab ada perasaan bernasib sial atau firasat buruk, maka ia benar2 telah syirik, seperti yang telah diterangkan. Ia tidak memurnikan tawakkalnya kepapada Allah, karena ia telah berpaling kepada selain-Nya, maka syetan akan turut andil dalam sikapnya. (dari kitab syarah tauhid ”Fathul Majid)

Saya cukupkan sekian, untuk pertanyaan no 1, semoga bisa difahami.

Untuk pertanyaan ke 2)

Kalau hanya sekedar ragu, yakinkan bahwa pakaiannya suci, maka kerjakan shalat sebagaimana mestinya, kalau seandainya itu pakain yang dipakai sudah benar2 yakin najis sedangkan kalau pulang ke rumah waktu pasti habis maka segera kerjakan shalat dalam istilah fiqih ”SHALLA LIHORMATIL WAKTI” (shalat karena menghormat waktu shalat), dan sesampainya di rumah shalat yng dilakukan dengan pakain yang najis tersebut HARUS DIGANTI ( ”DI QODA’”). Tapi akan lebih aman kalau kita ada serep pakain. Allahu A’lam,


Semoga bermanfaat ,

Salam,

Achmad Muzammil

-----Original Message-----
From: Eddy Hermanto, Ir [mailto:ehermanto@bpmigas.com]
Sent: Tuesday, June 06, 2006 1:55 PM
To: Muzamil, Achmad
Subject: istiadat Jawa perhitungan hari

Assalamu’alaikum Wr Wb

Pak Muzamil, saya sedikit bertanya tapi mungkin jawabannya yang agak panjang,

3. Dalam adat istiadat Jawa perhitungan hari adalah sangat penting dan “sakral”, sebagai misal : menentukan hari yang baik dalam malakukan pindah rumah atau mungkin menghitung hari untuk acara suatu pernikahan. Kalau saya sendiri hal itu tidak percaya, tapi menjelaskan orang yang sudah lekat dengan adat kebiasaan sangat sulit. Pertanyaan : ada nggak dalil atau dasar yang mengatakan demikian, maksud saya semua hari bagus.

4. Dalam perjalanan tapi bukan sebagai mussafir, pakaian yang saya pakai diragukan kesuciannya, apakah saya masih bisa mengerjakan sholat wajib sedangkan sudah berusaha untuk berhenti sebentar ke musholla atau masjid, namun tidak ada sarung sebagai pengganti pakaian yang najis.

Pertanyaan : Apakan akan tetap mengerjakan atau pelaksanaannya ditunda sampai tiba dirumah, namun konsekuensinya takut kalau waktu sudah kelewat. Bagaimana jalan keluar yang baik.

Wassalamu’alaikum Wr Wb

Eddy Hermanto BPMIGAS