Friday, May 19, 2006

Empat Agama dalam Satu Atap

Assalamu ‘Aalaykum Wr.Wb.

Rasulullah SAW dalam hal shalat sudah dengan tegas menyatakan, untuk mencontoh Nabi Muhammad SAW melakukan shalat, Rasulullah dan pra Sahabatnya belum pernah melakukan dan mencontoh shalat seperti itu, coba perhatikan hadis dibawah ini:

صَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُونِي أُصَلِّي

Rasulullah SAW bersabda: “Shalatlah kamu sekalian seperti kamu sekalian lihat aku shalat”

Nabi tidak pernah pengajarkan shalat seperti itu , itu contoh yang menyesatkan, seperti dalam wasiat Rasulullah SAW kepada para sahabatnya termasuk seluruh ummatnya, seperti hadis dibawah ini:

أُوصِيكُمْ بِتَقْوَى اللَّهِ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإنْ تَأَمَّرَ عَلَيْكُمْ عَبْدٌ. وَإنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ فَسَيَرَى اخْتِلاَفاً كَثِيراً، فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيِّـينَ عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ، وَإيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الأُمُورِ، فَإنَّ كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ». رواه أبو داود والترمذي وابن ماجه وابن حبان في صحيحه وقال الترمذي: حديث حسن صحيح

Dan Rasulullah SAW berwasiat untuk taqwa kepada Allah dan mendengarkan serta mentaatinya, kalau diantara kamu hidup maka akan lihat ber- macam2 perbedaan yang banyak, maka ikutilah sunnahku (apa yg telah dicontohkan Rasulullah SAW dalam beribadah) dan sunnahnya para Khulafaur Rosyidin yang mendapatkan petunjuk peganglang itu erat2, hati2 dengan hal2 yang baru (dalam peribadatan) , maka sesungguhnya semua yang baru (dalam hal beribadah) adalah bid’ah (yang tidak dicontohkan oleh Rasulullah SAW dalam beribadah) dan semua bid’ah adalah sesat..

Di hadis yag lain disebutkan bahwa semua yg sesat tempatnya di neraka, na’udhu billahi min dhaalik

Salam.,
Achmad Muzammil
===============
Assalamu ‘A’laikum Wr.Wb.
Ini informasi yg tambah membingungkan ummat.
Ini sangat merusak akidah Tauhid kita, dan sudah masuk ke area ke Musyrikan. Allah SWT dalam Al Qur’an sudah jelas sekali mengajarkan kepada kita ummat Islam dalam surat yg insyaa Allah semua ummat Islam sudah hafal dan mengetahui dengan baik, yg mana ketika kaum kafir Quraish meminta ke Nabi Muhammad SAW untuk beribadah secara bergantian menurut versinya Muhammad SAW dan versinya kafir Quraish, maka turunlah ayat dengan tegas kepada nabi Muhammad SAW surat Al Kafirun yang merupakan larangan melakukan hal seperti yg diinginkan kafir Quraish waktu itu, Allah SWT berfirman:

قُلْ يَـٰۤأَيـُّهَا الْكَـٰفِرُونَ * ڌ أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ * وَڌ أَنتُمْ عَـٰبِدُونَ مَآ أَعْبُدُ * وَڌ أَنَا˚ عَابِدٌ مَّا عَبَدتُّمْ * وَڌ أَنتُمْ عَـٰبِدُونَ مَآ أَعْبُدُ * لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِىَ دِينِ

Katakanlah: "Hai orang-orang yang kafir, aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmulah agamamu dan untukkulah agamaku". (QS. Al Kafirun/109:1-6)

Allah SWT melarang mencampur adukkan yang haq dan yang bathil seperti dlam Firman-Nya:

وَلا تَلْبِسُوا الْحَقَّ بِالْبَـٰطِلِ

“Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang batil” (QS.Al Baqarah/2:42)

Kita harus berbuat baik kepada seluruh ummat manusia di muka bumi khususnya dalam bermuamalah dengan mereka, tapi masalah syari’at dan akidah agama sudah jelas sekali tidak boleh mencampurkan adukkan antara mermacam2 khurafat atau bermacam-macam keyakinan mereka dengan akidah Tauhid kita, ini sangat berbahaya kepada kemurnian akidah Tauhid.

Salam,
Achmad Muzammil
=============================================
Just to share. Sumber: Tempo, 9 April 2006. Hlm 36
=============================================
Empat Agama dalam Satu Atap

Bukan masjid, tidak pula gereja. Sebuah bangunan di Yogyakarta bisa dipakai untuk ibadah semua agama.

Azan menggema dari masjid diluar Balai Budaya Puskat, Yogyakarta. Achmad, 32 tahun, seorang karyawan di sana, bergegas mengganti sepatunya dengan sandal. Dengan menenteng sejadah, dia menyusuri jalan setapak menuju sebuah bangunan yang masih berada dalam kompleks Balai Budaya. Bangunan itu ternaungi rumpunan bambu. Achmad menuju pancuran wudu. Tak lama, dia sudah khusyuk menghadap Tuhan.

Bangunan berbentuk bujur sangkar tempat Achmad memanjatkan doa itu beratap kerucut mirip joglo. Orang yang baru pertama kali datang ke sana mungkin akan kebingungan. Di dinding sebelah barat terdapat kaligrafi Arab dengan terjemahan "Dan Allah Tidak Menyukai Kebinasaan". Mirip masjid. Tapi coba tengok dinding sebelah selatan, ada gambar burung merpati dan kalimat "Pandanglah Burung-Burung di Langit". Kali ini tanpa kaligrafi, dan hiasan itu lebih pas terpasang di gereja. Lho?

Tunggu, masih ada dua sisi dinding lagi. Di dinding bagian utara terdapat gambar swastika simbol agama Hindu dengan tulisan "Aku Hidupi Semua Tumbuh-Tumbuhan". Satu lagi, dinding timur tercatat sebaris tulisan "Biarlah Setiap Mahluk Bersorak-sorai", menujukkan tempat ibadah agama Budha. Simbol dan kalimat bijak yang berbeda-beda itu memang hanya ada di bagian tengah keempat dinding. Selebihnya dipenuhi gambar sekumpulan pohon bamboo dengan dedaunan menjuntai. Pucuknya menjalar sampai langit-langit, semakin ke atas warna hijaunya semakin pudar.

"Daun bambu yang memudar dan menyatu diatas itu menggambarkan Tuhan kita satu," kata Romo Y.I. Iswarahadi, Direktur Studio Audio Puskat Kateketik(Puskat) Yogyakarta.

Bangunan tempat Achmad menjalankan salat itu memang dirancang khusus sebagai tempat ibadah. Semua pemeluk agama - tak terbatas empat agama yang tergambar di dinding - bisa memakainya untuk mendekatkan diri kepada sang pencipta. Menurut Iswara, filosofinya,"Diatas sana tidak ada sekat, meski di sini kita memuja-Nya dengan cara yang berbeda-beda."

Keempat dinding rumah ibadah itu memiliki panjang yang sama, delapan meter. "Siapa pun boleh berdoa di sini," kata Iswarahadi. Lukisan bambu sengaja dibuat karena lokasinya memang berada di antara hutan bambu. Jaraknya sekitar delapan kilometer dari pusat Kota Yogya menuju obyek wisata Kaliurang. Tempat ibadah ini dibuat menyatu dengan alam, karena alam menjadi bagian dari doa. Kalimat bijak yang dipakai dikumpulkan dari pimpinan berbagai agama. Ternyata tiap agama punya ayat yang berkaitan dengan lingkungan.

Bangunan itu unik memang. Saat pimpinan agama bersitegang membuat aturan main pembangunan rumah ibadah, di sini aturan itu tak berlaku. Aturan itu dituangkan dalam peraturann bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri, yang ditetapkan pada Selasa dua pekan lalu. Karena masih dianggap kurang adil, hingga sekarang peraturan itu masih dikecam (lihat Suara Protes Masih Terdengar).

Gagasan pendirian tempat ibadah bersama datang dari Pastor Dr. Ruedi Hofmann, SJ dan Gijzelaar yang berasal dari Swiss, sepuluh tahun lalu. Keduanya kini berada di Dili, Timor Timur. Mereka sekaligus arsitek seluruh bangunan di lahan seluas 3,3 hektare itu. Tujuh jenis pohon bambu tumbuh subur di areal yang terletak di tepi Sungai Boyong itu, menaungi bangunan, beberapa cottage, rumah panggung yang disewakan untuk berbagai acara.

Pembangunan rumah ibadah itu diilhami perintah Yesus untuk mengasihi sesama. Menurut Iswarahadi, Yesus selalu membuka diri terhadap orang di luar kelompok Yahudi. "Beliau bahkan sering memberikan contoh orang beriman dari golongan lain," katanya.

Dengan landasan teologis itu, Romo Ruedi menganggap pentingnya bergaul dengan penganut agama lain di luar agama yang dianut.

Awalnya berbagai kecaman muncul. "Protes keras justru datang dari agama kami (Katolik) sendiri,"kata Iswarahadi. Mereka mempertanyakan gambar yang dipilih burung merpati, bukannya Salib. Orang-orang Katolik juga mempertanyakan mengapa mendirikan tempat ibadah untuk orang bukan Katolik.

Sementara kaum muslim mensyaratkan tidak boleh ada gambar, tapi harus ada kaligrafi. Mereka pun menghindari gambar yang mengandung unsur pemujaan. "Setelah banyak orang menerima dan melakukan ibadah di sini, lama-lama ya tidak apa-apa,"
kata Iswarahadi.

Tokoh agama yang pernah melakukan ibadah dan mengadakan lokakarya antar-agama di tempat itu antara lain Prof. Abdil Munir Mulkan, Th.Sumartana(alm), Gedong Bagoes Oka, Bikhu Panyavaro dari Mendut, juga sejumlah Uskup. Andai kata bangunan serupa didirikan di banyak tempat, mungkin rebut mempersoalkan izin pendirian tempat ibadah tidak akan
muncul.

---------------------------------

Pertanyaan tentang haji


Assalamu 'A'laykum Wr. Wb.
Alhamdulillah, ashsholaatu was salaamu 'Ala Rasulillah, wa ba'du:
Jawaban untuk:
No 1) Sebaiknya mulai sekarang / secepatnya rukun Islam yang ke 2 (shalat) itu dikerjakan secara lengkap 100%. karena shalat 5 waktu ini tidak bisa ditinggalkan oleh semua muslimin / muslimat yang sudah aqil baliq yang sudah kena taklif syariah Islam (beban menjalankan kewajiban perintah Allah SWT) yang mana rukun Islam yng namanya shalat ini berlaku bagi semua ummat Islam dalam keadaan apapun saja, baik kaya atau miskin, sedang sehat atau sedang sakit, atau bahkan dalam perjalanpun / musafir tetap tak boleh ditinggalkan bisa dengan jama' atau qoshar, tak bisa berdiri yah shalat dengan duduk, tak bisa dengan duduk dengan berbaring tak bisa berbaring ya disholati oleh orang lain. Bahkan kata Imam Al Jauzi saya tidak menjumpai dosa yang paling besar dari pada meninggalkan shalat 5 waktu (tarkus shalat). Perlu di ketahui bahwa kata Rasulullah SAW nanti pada hari kiamat yang ditanyakan pertama kali shalatnya, kalau shalatnya beres insyaa Allah yang akan beres / akan mudah.

Perlu diketahui, bahwa dalam rangkain waktu menunaikan haji, juga tak lepas dengan shalat yng 5 waktu, baik ketika di Arafah, Mina atau pun di Masjidil Haram, Misalanya waktu di Araf shalatnya di jamak. Dan salah satu tanda2 hajinya mabrur adalah ibadah shalatnya baik ketika ada ditanah suci waktu menuaikan haji shalatnya dikerjakan dengan baik dan berjamaah dengan baik dengan disertai shalat2 sunnah rawatib dan shalat2 sunnah lainnya, dan tambah terasa ketika kembali ketanah air masing2 bahwa salah satu ciri2 hajinya mabrur semua aktivitas ibadahnya tambah meningkat, yang sebelum haji shalatnya tak 100% malah jadi 100% bahkan yang sebelumnya belum / jarang shalat berjamaah menjadi shalat berjamaah seperti ketika di tanah suci, yang biasanya tidak shalat sunnah sepulangnya dari haji jadi biasa shalat2 sunnah baik rawatib (yang ngikuti shalat 5 waktu) maupun shalat sunnah lainnya, pendek kata segala aktivitas ibadahnya tambah baik, baik semua ibadah mahdah seprti dlam rukun Islam lainnya maupun khairu mahdhoh yaitu ibadah2 muamalah lainnya vertikal dan horizontal.

Jadi lakukan saja, mulai sekarang, dan selalu berdoa' kepada Allah semoga tambah iman dan taqwa kepada-Nya dan merasa ringan menjalankan perintah-Nya semampunya dan menjauhi larangan-Nya semaksimal mungkin . Semoga menjadikan haji yang mabrur.

No 2). Apalagi ONH nya merupakan bonos dari kantor, ambil saja berangkat naik haji itu kan rezki dari Allah Ta'ala semoga mabrur karena dengan ongkosnya dari uang halal, karena hajinya yg tak babrur ongkosnya dari uang haram (misalnya dari uang korupsi dsb). Apalagi seandainya meninggal berdasarkan perhitungannya dibawah no 2 itu bisa dilunasi semuanya tanpa memberatkan ahli warisnya dan itu perlu di wasiatkan ke ahli warisnya . Memang masalah hutang itu wajib dilunasi bahkan Pada Jaman Rasulullah SAW seorang sahabat Nabi Muhammad SAW meninggal dunia , Rasulullah SAW tak mau menshalati sebelum hutangnya dilunasi, ketika ada seorang sahabat menanggungnya maka Rasulullah SAW bersama sahabatnya menshalati jenazahnya. Bahkan menurut KH DR Ahzami ketika menkaji kajian tematik alam akhirat selasa terakhir tg 7 Feb /06 bahwa para Syuhada' itu di alam barzahnya langsung meni'mati alam angin surga kecuali kalau masih punya hutang masih terkatung-katung karena hutangnya.

Masalah pertanyaan tambahan, tentang wajib minta ijin dari suami, sebaiknya minta ijin ke suami, dan suami atau kedua orang tua tidak boleh menghalangi / melarang si isteri menunaikan haji selama si isteri bersama mahramnya lihat penjelasan dibawah tentang ini yang cukup panjang, yang saya ambilkan dari berbagai sumber:

عن ابن عباس: «أَنَّه سَمِعَ النَّبيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ يَخْطُبُ يَقُولُ: لاَ يَخْلُونَّ رَجَلٌ بِامْرَأةِ إلاَّ وَمَعَها ذو مَحْرَمٍ وَلاَ تُسَافِرُ الْمَرْأةُ إِلاَّ مع ذِي مَحْرَمِ»، فَقَامَ رَجُلٌ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ امْرَأَتِي خَرَجَتْ حَاجَّةً وإِنِّي اكْتُتِبْتُ في غَزْوَةِ كَذَا وكذا، قَالَ: «فَانْطَلِقْ فَحُجَّ مَعَ امْرَأَتِكَ»

(5113) ــ حدّثنا عليُّ بن عبد الله حدَّثَنا سفيانُ حدَّثنا عمرٌو عن أبي مَعبَدٍ عنِ ابن عباسٍ عن النبيِّ صلى الله عليه وسلم قال: «لا يخلوَنَّ رجلٌ بامرأةٍ إلاّ مع ذي مَحْرَم. فقام رجلٌ فقال: يا رسولَ الله، امرأتي خَرجَت حاجَّة واكتَتَبتُ في غزوةِ كذا وكذا. قال: ارجع فحُجَّ مع امرأتِك». صحيح البخاري

Hadits riwayat Ibnu Abbas ra. ia berkata: Aku pernah mendengar Nabi saw. berpidato: Janganlah sekali-kali seorang lelaki berduaan dengan seorang wanita saja, kecuali ia bersama muhrimnya. Dan janganlah seorang wanita bepergian kecuali ia bersama muhrimnya. Tiba-tiba seorang lelaki bangkit berdiri dan berkata: Wahai Rasulullah, sesungguhnya isteriku bepergian untuk menunaikan ibadah haji. Sedangkan aku terkena kewajiban mengikuti peperangan ini. Beliau bersabda: Berangkatlah untuk berhaji bersama isterimu (HR. Bukhari, Muslim, Ahmad, Ibnu Majah)


وعن ابن عمر قال: «قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ: لاَ تُسَافِر الْمَرْأَةِ ثَلاَثَةً إِلاَّ وَمَعَهَا ذُوِ مَحْرَمٍ» متفق عليهما.
Dari Ibnu Umar, Rasulullah SAW bersabda: Janganlah seorang perempuan bepergian selama 3 hari / malam kecuali dengannya bersama mahram nya .(Muttaqun Alih / Bukhari. Muslim, Ahmad))

(1070) ــ حدّثنا إسحاقُ بنُ إبراهيمَ الحنظليُّ قال: قلتُ لأبي أُسامةَ : حدَّثَكم عُبيدُ اللهِ عن نافعٍ عنِ ابن عمرَ رضيَ الله عنهما أن النبيَّ صلى الله عليه وسلم قال: «لا تُسافِرِ المرأةُ ثلاثةَ أيّامٍ إلاّ معَ ذي مَحْرَم». صحيح البخاري


وعن ابن عمر قال: «قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ: لاَ تُسَافِر الْمَرْأَةِ ثَلاَثَةً إِلاَّ وَمَعَهَا ذُوِ مَحْرَمٍ» متفق عليهما.

وعن أبي سعيد «أَنَّ النَّبيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ نَهَىَ أَنَّ تُسَافِرَ الْمَرْأَةُ مَسِيرَةَ يَوْمَيْنِ أَوْ لَيْلَتَيْنِ إِلاَّ وَمَعَهَا زَوْجُهَا أَوْ ذُو مَحْرَم» متفق عليه.
Dari Abi Said, Rasulullah SAW bersabda: Janganlah seorang perempuan bepergian selama 2 hari atau 2 malam kecuali dengannya bersama mahram nya .(Muttaqun Alih / Bukhari. Muslim, Ahmad))


وفي لفظ قال: «لاَ يَحِلُّ لاِمْرَأَةٍ تُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِر أَنْ تُسَافِرَ سَفَراً يكُونُ ثَلاَثَةَ أَيَّامٍ فَصَاعِداً إِلاَّ وَمَعَهَا أَبُوهَا أَوْ زَوْجُهَا أَوْ ابْنُهَا أَوْ أَخُوهَا أَوْ ذُو مَحْرَمٍ مِنْهَا» رواه الجماعة إلا البخاري والنسائي.

Dalam satu lafal (dikatakan), Rasulullah SAW bersabda: “ Seorang perempuan yang beriman kepada Allah dan ahari akhir tidak halal bepergian selama tiga hari lebih, melainkan bersama, ayahnya, suaminya, anak laki-lakinya, saudaranya atau mahramnya yang lain (HR, Jama’ah, kecuali Bukhari dan Nasai’)


وعن أبي هريرة «عن النبي صلى الله عليه وآله وسلم قال: لاَ يَحِلُّ لاِمْرَأَةٍ تُسَافِرُ مَسِيرَةَ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ إِلاَّ مَعَ ذِي مَحرَم عَليْهَا» متفق عليه.

Dari Abu Hurairah, dari Nabi SAW, ia bersabda: “Tidak halal perempuan bepergian sejauh perjalanan sehari-semalam, melainkan bersama mahramnya.(Muttaqun Alih / Bukhari. Muslim, Ahmad))

في رواية مسيرة يوم وفي رواية مسيرة ليلة. وفي رواية: «لاَ تُسَافِرُ امْرَأَةٌ مَسِيرَةَ ثَلاَثَةِ أَيْامٍ إِلاَّ مَعَ ذِي مَحْرَمٍ» رواهن أحمد ومسلم
Dan dalam satu riwayat (dikatakan): sejauh perjalan sehari, dalam satu riwayat perjalanan semalam, dan dalam satu riwayat Janganlah seorang perempuan bepergian tiga hari kecuali bersama mahramnya (HR, Muslim, Ahmad).

Imam Syaukani di kitabnya Nailul Authar dalam mengomentari hadis-hadis diatas menjelaskan: bahwa “Janganlah seorang laki-laki bersendirian dengan perempuan… dst itu menunjukkan dilarangnya berkhulwat (bersendirian dengan perempuan lain), ini merupakan Ijma’ ulama.

Perkataan “janganlah seorang perempuan bepergian melainkan dengan mahramnya” itu, pensyarah / komentator berkata : disini kata “bepergian” / musafir itu disebut dengan muthlaq yang diikat (taqyid) dengan hadis-hadis berikutnya. Al Hafid Ibnu Hajar berkata dalam Fathul Baari: Kebanyakan para ulama mengamalkan yang muthlaq itu, karena adanya perbedaan ukuran (dalam taqyid).Imam Nawawi (beliau ulama besar fiqih dan ulama besar hadis) berkata: Yang dimaksud dalam pembatasan tersebut bukan dhahirnya, tetapi apapun yang dinamakan “bepergian” adalah terlarang, kecuali bersama mahram.

Selanjutnya Syarih / Imam Syaukani berkata: Oleh karena mahram adalah syarat (bagi perempuan yang hendak) pergi haji, maka ulama-ulama ahlul bait, Abu Hanifah, Nakha’I, Ishak dan Imam Syafii dalam salah satau qaulnya / pedapatnya berbeda pendapat antara mereka tentang pengertian syarat tersebut, apakah syarat ada’ (menunaikannya) ataukah syarat wajib.
Syarat ada’ : syarat bagi sahnya suatu amalan; Syarat wajib: sama dengan wajib, yakni bila dilanggar perbuatannya itu tetap sah.

Ibnu Haraj berkata dalam kitab Fathul Baari (syarah Bukhari): pembatasan mahram menurut para ulama yaitu orang yang haram dikawininya untuk selamanya dengan sebab yang mubah. (Suatu sebab yang membolehkan perkawinan seandainya antara laki-alaki dan perempuan itu tidak ada hubungan mahram).

Dan Sayarih berkata: Hadis-hadis dalam bab ini menunjukkan tidak wajibnya pergi hajji bagi perempuan yang tanpa mahram.

“ Tidak ada ketaatan dalam dhurhaka kepada Allah” (HR. Ahmad, Hakim).

Dengan Begitu, maka ayah bunda tidak bisa melarang anaknya untuk pergi haji yang wajib (yaitu hajji yang pertama) demi kepuasan pribadi mereka sendiri. Baik mereka berdua itu mengidzinkan ataupun tidak, si anak wajib pergi. (Imam Suakani di Naulul Authar).

Dan begitu juga seorang sauami tidak boleh melarang isterinya untuk menunaikan hajji yang wajib ini bersama mahramnya. Dan dia harus tetap menunaikan kewajiban itu sekalipun tidak mendapat idzin dari suaminya. Bahkan kebanyakan ulama mewajibkan suami untuk tetap memberikan nafkah isterinya selama hajji itu. Dan hajji itu wajib ditunaikan, menurut kebanyakan ulama. Demikianlah keterangan dari kitab Naulul Authar oleh Al Allamah Imam Syaukani.

Allahu A'lam,

الفقير الى الله و رحمته
Achmad Muzammil
==============================
Assalamu'alaikum Wr.Wb.

Pak Muzamil,
Salah satu kerabat saya (wanita, menikah dan punya 1 anak perempuan umur 14 thn) mendapat bonus dari kantornya dan berniat menggunakan dana tsb untuk naik haji insya ALLAH Desember yad.
Sampai saat ini kerabat saya tsb masih ragu-ragu karena beberapa pertanyaan di bawah ini:
1. Apakah bila mau naik haji (rukun Islam ke 5) harus lebih dulu menjalankan rukun Islam ke 1 s/d 4 (seperti pre-requisite)? Sebagai seorang muslimat tentunya rukun 1 tidak perlu dipertanyakan lagi, rukun 3 & 4 pun alhamdulillah sudah dijalankan. Hanya saja memang untuk rukun Islam yang ke 2 masih belum 100%, terkadang hanya pada waktu subuh dan isya.

2. Bila masih ada outstanding cicilan (mis. rumah, mobil dsb), apakah boleh menunaikan ibadah haji dengan dana tsb di atas (bonus)? Kerabat saya tsb bekerja dan membayar cicilan rumah dan mobil dengan gaji bulanannya. Bila ternyata meninggal pada saat menunaikan ibadah haji, insya ALLAH, akan mendapat pesangon dari kantor yang besarnya cukup untuk melunasi outstanding cicilan rumah dan mobil. Lagipula, dalam keadaan terpaksa, rumah dan mobil tsb bisa dijual sehingga, insya ALLAH, tidak akan meninggalkan beban hutang kepada ahli waris.

Apakah hal-hal tsb di atas berpengaruh terhadap mabrur/tidaknya haji seseorang?

Atas jawaban Pak Muzamil, saya ucapkan banyak terima kasih.

Wassalam,

Metode Bahasa Nabi Khidir - Pak Ustad Menjawab

Assalamu ‘ Alaikum Wr.Wb.

Akhie Ahmad,

Para ulama2 besar bisa hafal Qur’an ketika masih umur 7 tahun dan lebih dari seratus ribu hadis , bukankah itu merupakan ilmu2 yang diberikan Allah SWT kepada hamba2nya yg sholeh itu bagian dari ilmu Ladunni???

Tentang ilmu Ladunni ini bisa di lihat didalam surat Al Kahfi (ayat65-76) tentang kisah kisah dialog antara Nabi Musa as dan Nabi Hidir as. Ilmu ladunni itu oleh Allah Ta’ala bisa diberikan lepada siapa saja yang Allah SWT kehendaki kepada para hamba2 Nya dengan berbagai cara, salah satunya dengan ilmu Ladunni silahkan baca pada ayat dibawah ini istilah ilmu Ladunni saya casi warna merah pada tulisan Arabnya, serta penjelasan mufassir:

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَـٰنِ الرَّحِيمِ

فَوَجَدَا عَبْدًا مِّنْ عِبَادِنَآ ءَاتَيْنَـٰهُ رَحْمَةً مِّنْ عِندِنَا وَعَلَّمْنَـٰهُ مِن لَّدُنَّا عِلْمًا

Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya {1} ilmu dari sisi Kami. {2} (QS. Al Kahfi/18:65)
{1}Menurut ahli tafsir hamba di sini ialah Khidhr, dan yang dimaksud dengan rahmat di sini ialah wahyu dan kenabian. Sedang yang dimaksud dengan ilmu ialah ilmu tentang yang gaib seperti yang akan diterangkan dalam ayat-ayat berikut.

Dalam ayat ini Allah menceritakan bahwa setelah Nabi Musa dan Yusa' menyusuri kembali jalan yang mereka lalui tadi sampailah keduanya pada batu itu yang pernah mereka jadikan tempat beristirahat. Di sana mereka mendapatkan seorang hamba di antara hamba-hamba Allah ialah Al Khidir yang berselimut dengan kain putih bersih. Menurut Said bin Jubair, kain putih itu menutupi leher sampai dengan kakinya. Dalam ayat ini Allah SWT juga menyebutkan bahwa Al Khidir itu ialah orang yang mendapat ilmu langsung dari Allah, yang ilmu itu tidak diberikan kepada Nabi Musa. Sebagaimana juga Allah telah menganugerahkan suatu ilmu kepada Nabi Musa yang tidak diberikan kepada Al Khidir. Menurut Hujjatul Islam Al Ghazali bahwa pada garis besarnya, seseorang mendapat ilmu itu ada dengan dua cara: 1. Proses pengajaran dari manusia, disebut: At Ta'lim Al Insani, yang dibagi menjadi dua, yaitu: a. Belajar kepada orang lain (di luar dirinya). b. Self study dengan menggunakan kemampuan akal pikirannya sendiri. 2. Pengajaran yang langsung diberikan Allah kepada seseorang yang disebut At Ta'lim Ar Rabbani. Ini dibagi menjadi dua, yaitu: a. Diberi dengan cara wahyu, yang ilmunya disebut: ilmu Al Anbiya (Ilmu Para Nabi) dan ini khusus untuk para nabi. b Diberikan dengan cara ilham yang ilmunya disebut Ilmu ladunny (ilmu dari sisi Tuhan). Ilmu ladunny ini diperoleh dengan cara langsung dari Tuhan tanpa perantara. Kejadiannya dapat diumpamakan seperti sinar dari suatu lampu gaib yang sinar itu langsung mengenai hati yang suci bersih, kosong lagi lembut. Ilham ini merupakan perhiasan yang diberikan Allah kepada para kekasih Nya (para wali).


قَالَ لَهُۥ مُوسَىٰ هَلْ أَتَّبِعُكَ عَلَىٰۤ أَن تُعَلِّمَنِ مِمَّا عُلِّمْتَ رُشْدًا

Musa berkata kepada Khidhr: "Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?" (QS. Al Kahfi/18:66)


Dalam ayat ini Allah menyatakan maksud Nabi Musa as datang kepada Al Khidir, yaitu untuk berguru kepadanya. Nabi Musa memberi salam kepada Al Khidir berkata kepadanya: "Saya adalah Musa". Al Khidir bertanya: "Musa dari Bani Israel?" Musa menjawab: "Ya, benar! Maka Al Khidir memberi hormat kepadanya seraya berkata: "Apa keperluanmu datang kemari?" Nabi Musa menjawab, bahwa beliau datang kepadanya supaya diperkenankan mengikutinya dengan maksud supaya Al Khidir mau mengajarkan kepadanya sebagian ilmu yang telah Allah ajarkan kepada Al Khidir itu, yaitu ilmu yang bermanfaat dan amal saleh. Dalam ayat ini Allah menggambarkan secara jelas sikap Nabi Musa sebagai calon murid kepada calon gurunya dengan mengajukan permintaan berupa bentuk pertanyaan itu berarti Nabi Musa sangat menjaga kesopanan dan mohon diperkenankan mengikutinya, supaya Al Khidir sudi mengajarkan sebagian ilmu yang telah Allah berikan kepadanya. Sikap yang demikian menurut Al Qadi, memang seharusnya dimiliki oleh setiap pelajar dalam mengajukan pertanyaan kepada gurunya.

فَانطَلَقَا حَتَّىٰۤ إِذَا لَقِيَا غُلَـٰمًا فَقَتَلَهُۥ قَالَ أَقَتَلْتَ نَفْسًا زَكِيَّةَۢ بِغَيْرِ نَفْسٍ لَّقَدْ جِئْتَ شَيْـًٔا نُّكْرًا * قَالَ أَلَمْ أَقُل لَّكَ إِنَّكَ لَن تَسْتَطِيعَ مَعِىَ صَبْرًا * قَالَ إِن سَأَلْتُكَ عَن شَىْء۠ بَعْدَهَا فَڈ تُصَـٰحِبْنِىۖ قَدْ بَلَغْتَ مِن لَّدُنِّى عُذْرًا
Maka berjalanlah keduanya; hingga tatkala keduanya berjumpa dengan seorang anak, maka Khidhr membunuhnya. Musa berkata: "Mengapa kamu bunuh jiwa yang bersih, bukan karena dia membunuh orang lain? Sesungguhnya kamu telah melakukan suatu yang mungkar".
Khidhr berkata: "Bukankah sudah kukatakan kepadamu, bahwa sesungguhnya kamu tidak akan dapat sabar bersamaku?" Musa berkata: "Jika aku bertanya kepadamu tentang sesuatu sesudah (kali) ini, maka janganlah kamu memperbolehkan aku menyertaimu, sesungguhnya kamu sudah cukup memberikan uzur padaku". (QS. Al Kahfi/18:74-76)

Maka berjalanlah keduanya; hingga tatkala keduanya berjumpa dengan seorang anak, maka Khidhr membunuhnya. Musa berkata: "Mengapa kamu bunuh jiwa yang bersih, bukan karena dia membunuh orang lain? Sesungguhnya kamu telah melakukan suatu yang mungkar".

Khidir berkata kepada Musa as: "Bukankah sudah kukatakan kepadamu bahwa sesungguhnya kamu tidak akan dapat sabar untuk mempelajari ilmu hakikat bersamaku". Memang sudah terjadi dua kali Musa membantah dan tidak menyetujui perbuatan KHIDIR, padahal Musa telah berjanji tidak akan mengadakan sangkalan apa-apa terhadap apa yang dibuat oleh Nabi Khidir. Peringatan Khidir kepada Musa itu adalah peringatan yang terakhir.

Musa berkata: "Kalau sekiranya aku bertanya lagi kepadamu tentang suatu perbuatanmu yang aneh-aneh itu yang telah aku saksikan karena aku ingin mengetahui hikmahnya bukan untuk sekadar bertanya saja, maka jika aku bertanya lagi sesudah kali ini, maka janganlah kamu mengizinkan aku lagi, karena kamu sudah cukup memberikan maaf kepadaku. Inilah kata-kata Musa yang penuh dengan penyesalan yang terpaksa beliau mengakuinya dan menginsafinya. Diriwayatkan dalam suatu hadis yang sahih bahwa Nabi Muhammad saw bersabda tentang keadaan Nabi Musa itu sebagai berikut: Semoga Allah memberi rahmat kepada kita dan kepada Musa. Seandainya beliau sabar, tentu beliau banyak menyaksikan keajaiban tentang ilmu hakikat, akan tetapi karena beliau merasa malu untuk menghadapi celaan lagi maka beliau berkata: "Kalau sekiranya aku bertanya lagi kepadamu tentang sesuatu sesudah kali ini, maka janganlah kamu memperbolehkan aku menyertaimu. Sesungguhnya kamu sudah cukup memberi maaf kepadaku".

Salam,
Achmad Muzammil

Metode Bahasa Nabi Khidir

Ustadz Muzzamil,

Bolehkah belajar bahasa (Arab misalnya) lewat metode bahasa Nabi Khidir seperti dbawah ini atau belajar di tempat Akhie Johan nanti.

Salam Achmad+

Metode Bahasa Nabi Khidir
SARANA memperdalam bahasa asing kini bisa mencoba cara baru. Di Pondok Pesantren (Ponpes) Nurur Riyadhoh, Desa Alas Tengah, Kecamatan Paiton, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, Anda cuma perlu datang sekali. "Dijamin dalam tiga bulan bisa menguasai, dan tidak akan pernah lupa," kata KH Ahmad Shaleh, pendiri ponpes.Pondok yang punya 150-an santri itu memperkenalkan apa yang disebut sebagai ilmu laduni. Menurut kiai yang biasa disapa Gus Shaleh itu, setiap orang sudah menguasai semua bahasa. Hanya, tidak bisa mengucapkannya, lantaran tak dibiasakan sejak kecil. "Ilmu laduni membantu menemukan kembali bahasa itu," kata lelaki 48 tahun itu.Selama proses "pencarian" ilmu itu, tidak diperlukan alat bantu apa pun. Baik video, kaset bahasa asing, laboratorium bahasa, apalagi native speaker. Sebagai gantinya, para santri bahasa (mereka yang datang hanya untuk menguasai bahasa asing) menjalani ritual. Menurut Gus Shaleh, seorang santri bahasa harus melakukan tiga macam ritual.Pertama, tahap pembukaan dengan metode ijazah. Yakni pengisian ilmu oleh seorang kiai. Santri duduk bersila menghadap kiai. Kemudian sang kiai merapalkan doa tertentu. Tahap ini cuma butuh waktu lima menit. Setelah selesai, sang kiai memberikan selembar kertas berhuruf Arab. "Ini bacaan salawat saja kok, ditambah beberapa doa," katanya.Setelah mata batin santri dibuka dengan ijazah, selembar kertas berisi salawat dan doa itu dibaca berulang-ulang selama kurang lebih dua jam. "Ini semua masih dalam prosesi pertama," ujar kiai berusia 48 tahun itu. Setelah itu, santri masuk tahap kedua, yakni penarikan bahasa yang dikehendakinya. Misalnya bahasa Inggris.Pada tahap ini, santri dipancing oleh salah satu santri sang kiai dengan obrolan bahasa yang dikehendaki santri bahasa. Tujuannya, agar santri bahasa terbiasa mendengarkan bahasa yang diinginkannya. Berulang-ulang, sehingga terekam ke dalam memori dan mata batinnya.Selama proses itu, pertanyaan kiai memang tidak dijawab. "Tapi mata batinnya bisa memahami," kata Zainullah, salah satu anak buah Gus Shaleh yang membantu proses itu. Setelah beberapa lama berjalan, prosesi masuk ke tahap akhir. Yakni pemisahan dan pencucian bahasa.Tujuannya, agar santri fokus pada pilihan bahasa yang dikehendaki. Selain itu, santri juga dibuka kemampuan menulisnya. Untuk sampai pada tahap ini, santri diminta mandi. Tentu tak sembarang mandi. Ada doa-doa yang dipanjatkan sang kiai. "Tujuannya, untuk mengunci dan mempercepat proses penguasaan bahasa dengan ilmu laduni," sang kiai menambahkan.Untuk santriwati tidak harus mandi. Tetapi, jika santri itu tidak keberatan, bisa saja dimandikan. Hanya ditemani kerabatnya. Asal tahu saja, prosesi mandi ini dilakukan di kamar mandi dengan pintu terbuka. Seluruh proses itu hanya berlangsung beberapa jam. Setelah itu, santri bahasa bisa pulang.Menurut Gus Shaleh, prinsipnya santri yang sudah melalui prosesi itu sudah menemukan bahasa yang dicari. Hanya, ia tidak otomatis mahir. Untuk mencapai tahap mahir, masih dituntut upaya lain. "Ya, si santri bahasa harus berlatih. Makin giat, ya, makin cepat menguasai," katanya. Sarana berlatih bisa buku, kaset, video, atau bicara dengan orang asing sekalian.Untuk menyerap ilmu laduni, santri bahasa bisa memilih dua program: istimewa dan biasa. Untuk program pertama, santri dipungut ongkos (biasa disebut mahar), Rp 1 juta. Yang kedua cuma Rp 350.000. Kedua program itu sama-sama meliputi tiga prosesi tadi.Hanya, ada sedikit berbedaan perlakuan. Sayang, Gus Shaleh enggan berbagi rahasia. "Wah, tidak bisa disebutkan, Mas," katanya. Tapi, kabarnya, pada program istimewa, santri diberi tambahan doa-doanya yang tidak ada pada program biasa. Hasilnya sudah tentu berbeda pula.Dengan upaya yang sama, santri dengan program istimewa bisa menguasai bahasa asing lebih cepat ketimbang program biasa. Dengan program istimewa, santri bisa menguasai bahasa asing dalam tempo dua pekan. Yang mengambil program biasa bisa sampai tiga bulan.Dari hari ke hari, peminat program ini terus meningkat. Saat Gatra datang, tiga pekan lalu, hampir 20 orang antre menunggu giliran diberi ilmu laduni. Biasanya, peminat makin ramai pada akhir pekan. "Bisa sampai 30-50 orang per hari," kata Zainullah. Mereka datang dari pelbagai daerah di Jawa. Bahkan dari luar Jawa, seperti Sumatera dan Kalimantan.Padahal, tidak ada publikasi apa pun tentang belajar bahasa asing dengan metode ilmu laduni itu. Kebanyakan santri bahasa datang setelah mendengar keberhasilan orang lain. Itu pula yang disampaikan dua santri bahasa yang ditemui Gatra di Ponpes Nurur Riyadhoh.Seperti dituturkan Sarjono. Pemuda kelahiran Klaten, Jawa Tengah, 29 tahun lalu itu datang jauh-jauh dari Bali. Di Pulau Dewata, ia bekerja di sebuah restoran. "Kebanyakan pelanggan restoran dari mancanegara, Mas. Saya ingin lancar meladeni mereka bicara," katanya. Maka, ia memilih bahasa Inggris, Mandarin, dan Jerman.Anak bungsu pasangan Sukardjo dan Rukmini itu mengetahui informasi tentang kelebihan Ponpes Nurur Riyadhoh dari teman seprofesinya. Sebelumnya, si teman tak bisa berbahasa Inggris. Namun, setelah datang ke pondok tersebut, sekitar tiga bulan, ia sudah bisa cas-cis-cus.Semula Sarjono tak yakin bahwa ilmu laduni bisa mengantarkan seseorang cepat menguasai bahasa asing. Tapi, setelah si teman membuktikannya, ia tak bisa membantah. Bahkan tergerak untuk membuktikannya pula. "Apa salahnya jika saya juga mencobanya, Mas," kata Sarjono.Kisah itu agak mirip dengan pengalaman Andik Setyowibowo, 21 tahun. Mahasiswa Jurusan Ilmu Komputer, Fakultas MIPA Universitas Gadjah Mada (UGM), mulai tertarik dengan Ponpes Nurur Riyadhoh setelah mendengar kisah sukses teman sekelasnya. Suatu kali, si teman menyodorkan sertifikat hasil tes TOEFL yang mencapai 500. "Wah, saya kaget. Saya tahu, dia tergolong gagap bahasa Inggris, tapi kok bisa," katanya.Menurut si teman, ia berguru sehari di Nurur Riyadhoh. "Maka, saya pun menjajalnya," katanya. Tujuannya, untuk menunjang studinya di UGM. Sebab, dalam setiap materi perkuliahannya, referensi yang digunakan mayoritas berbahasa asing (Inggris). "Ya, hitung-hitung trial and error," ujarnya. Selain itu, mungkin dia bisa mendapatkan beasiswa studi ke luar negeri.Menurut Gus Shaleh, pengajaran ilmu laduni itu sudah dimulai sebelum Ponpes Nurur Riyadhoh berdiri, pada 1990-an. Awalnya dia hanya ingin membantu seorang temannya yang ingin belajar bahasa Jepang karena berniat jadi TKI. "Kebetulan saya punya ilmu laduni. Ya, saya bantu," katanya. Setelah dibantu, ternyata sukses.Keberhasilan itu menjadi buah bibir. Mulanya, kemampuan Gus Shaleh hanya bergaung di seputar Probolinggo. Lama-kelamaan menyebar ke luar kota. Gus Shaleh mengaku mendapatkan ilmu laduni itu dari Nabi Khidir AS melalui ritual tirakat (lelaku, bertapa).Tirakat dimulainya sejak usia tujuh tahun. Yang mengajarinya tirakat tak lain adalah ayahnya, KH Jauhari. Biasanya Gus Shaleh melakukan tirakat di tepi laut sambil mencari ikan. Pada usia sekitar 12 tahun, Gus Shaleh mengaku bertemu dengan Nabi Khidir AS di tepi laut.Dalam pertemuan itu, menurut Gus Shaleh, wujud Nabi Khidir AS berupa seorang manusia yang mengenakan pakaian seperti rakyat biasa. Ia mengangkat Gus Shaleh sebagai muridnya. "Ada banyak ilmu diberikan. Salah satunya ilmu laduni," katanya.Koesworo Setiawan, dan Arif Sujatmiko (Surabaya)[Astakona, Gatra Nomor 21 Beredar Senin 4 April 2005]